Kedua bocah yang "hidup segan mati tak mau" itu,
tinggal di Desa Kampung Melayu Barat, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang. Keduanya mengalami pertumbuhan fisik tidak wajar lantaran selama ini
tidak mendapat asupan gizi yang baik.
Hallo Tangerang - Tangerang, Generlapnya perkembangan kawasan pantai utara (Pantura)
Kabupaten Tangerang, Banten, ternyata menyimpan cerita mengenaskan. Ada dua
bocah di kawasan yang kini lebih familiar disebut oleh warga dengan sebutan PIK
itu, tengah menderita akibat mengalami gizi buruk
Kedua bocah yang “hidup segan mati tak mau” itu, tinggal di
Desa Kampung Melayu Barat, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keduanya
mengalami pertumbuhan fisik tidak wajar lantaran selama ini tidak mendapat
asupan gizi yang baik.
Keduanya saat ini tumbuh hanya dengan berat badan sekitar 6
Kilogram (Kg), kondisi yang masuk katagori tidak wajar bagi anak seusianya.
Bocah gizi buruk pertama bernama Adinda Jihan Mikaila
Ramadhani. Balita yang dipanggil dengan nama kesayangan Kaila itu, tinggal di
RT 002/RW 004 Desa Kampung Melayu Barat. Kaila lahir di Kabupaten Tangerang
tahun 2018 dari buah cinta pasangan Mustopa (34) dan Cita (28).
“Kaila sekarang sudah berumur 4 tahun. Tapi berat badannya
cuma 6 Kilogram,” ungkap Mustopa, ayah Kaila kepada wartawan.
Mustopa mengatakan, saat dilahirkan berat badan putrinya
normal sekitar 2,7 Kg. Namun, menginjak usia 3 bulan, Kaila mengalami penyakit
kejang-kejang. “Badannya sekarang kurus,” ungkap Mustopa.
Untuk memulihkan kesehatan putri semata wayangnya itu,
Mustopa mengaku tidak memiliki biaya. Terlebih dia hanya bekerja di salah satu
toko online (onlineshop) dengan penghasilan harian maksimal Rp70.000. Sedangkan
istrinya, Cita harus merawat Kaila yang memerlukan pendampingan.
“Kami berharap ada yang mau membantu. Selama ini Kaila belum pernah dapat program bantuan apapun dari pemerintah, baik dari program kesehatan maupun program lainnya,” ungkapnya.
Bocah kedua yang mengalami nasib buruk di tengah gemerlap PIK di Pantura Tangerang adalah adinda Fahira Hasnatu Nisa. Bocah perempuan yang dipanggil Fahira itu, tinggal di RT 001/RW.002 bersama ayah bundanya, Hasanudin (34) dan Fami Lidya Sari (29).
Karena keterbatasan ekonomi kedua orangtuanya, sejak Balita
Fahira mengalami gizi buruk. Tidak heran jika memasuki usia hampir 8 tahun,
berat badannya hanya 6 Kg.
Fami, sang ibunda mengatakan, saat dilahirkan Fahira dalam kondisi normal dengan berat badan 2,8 Kg. Menginjak usia 5 bulan, Fahira kerap mengalami demam panas hingga mengakibatkan tubuhnya kejang–kejang.
“Sampai sekarang kalau badannya panas, masih sering kejang,” ungkap Fami seraya menuturkan Fahira sempat menjalani rawat jalan di Rumah sakit (RS) Sintanala atau RS Hermina maupun Puskesmas Teluknaga.
Namun akhirnya terhenti total tanpa pengobatan lantaran sang ayah, Hasanudin harus berhenti bekerja akibat terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Imbasnya, keluarga tak mampu itu menunggak iuran BPJS Kesehatan yang akhirnya pengobatan Fahira pun ikut terhambat.
Menurut Fami, Fahira pernah mendapat bantuan Kepala Desa (Kades) Kampung Melayu Barat, Camat Telukmaga maupun Puskesmas Teluknaga. Namun bantuan hanya bersifat parsial berupa uang tunai maupun Sembako serta beberapa asupan makanan bagi putrinya.
Fami berharap bisa mendapat bantuan yang bisa secara
kontinyu untuk memulihkan kondisi putrinya tersebut. Terlebih selama ini dia
mengaku belum pernah mendapatkan program bantuan apapun dari pemerintah.
Dia juga berharap ada donatur membantu kesulitan ekonominya. Selama ini dia hanya mengandalkan sumber penghasilan dari suaminya, Hasanudin yang sejak terkena PHK kini bekerja serabutan.
“Semoga ada program bantuan yang berkelanjutan, khususnya untuk pengobatan Fahira,” doa Fami seraya kembali berharap ada donatur yang membantu kursi roda bagi putrinya tersebut.
Sementara itu, dikutip dari dari situs https://ppid.tangerangkab.go.id, dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD), Bupati Tangerang, A Zaki Iskandar mencanangkan 15 program unggulan.
Dari program tersebut tercantum program Gerakan Tangerang
Sehat dan Sayang Barudak (Sabar) dengan sasaran menciptakan kesehatan secara
umum dan khusus jaminan pemenuhan terhadap hak-anak.(Difa)