Sopir truk kontainer yang menabrak puluhan pengendara di Kota Tangerang pada Kamis, 31 Oktober 2024, saat ini masih menjalani perawatan intensif di RSUD Kabupaten Tangerang.
Setelah insiden tersebut, sopir mengalami luka serius di bagian kepala, yang menyebabkan kondisi kritis dan perawatan di ruang intensif rumah sakit.
Sopir tersebut diketahui mengalami pendarahan di kepala, atau pendarahan otak, yang mengakibatkan penurunan kesadaran.
"Terjadi penurunan kesadaran, tapi masih bisa diajak komunikasi," ujar Humas RSUD Kabupaten Tangerang, dr Hilwani, Jumat, 1 November 2024.
Luka ini diduga berasal dari amukan massa yang menghentikan truk saat kendaraan itu tersangkut di taman Tugu Adipura, usai menabrak beberapa pengendara lain di sepanjang jalan.
Bisakah Sopir Truk Kontainer Maut Selamat?
Menurut dr. Riza Marlina dari Alodokter, pendarahan otak adalah kondisi serius yang dapat mengancam nyawa.
Pendarahan ini terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah, menyebabkan gangguan pasokan oksigen dan nutrisi ke sel-sel otak.
Dampaknya bisa berupa pembengkakan otak hingga kematian sel-sel otak, yang dapat memicu komplikasi lebih lanjut.
"Salah satu faktor resiko dan penyebab pembuluh darah pecah ialah cedera kepala hal ini paling umum terjadi pendarahan otak akibat terjatuh, pukulan dan kecelakaan," kata dr. Riza.
Dr. Riza menambahkan, pasien dengan kondisi ini memerlukan penanganan segera, termasuk pemberian obat-obatan, bantuan pernapasan, dan jika diperlukan, penggunaan ventilator untuk memastikan asupan oksigen yang cukup ke otak dan organ tubuh lainnya.
Setelah kondisi pasien stabil, langkah-langkah medis berikutnya akan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan pendarahan. Meski banyak pasien yang bisa bertahan hidup setelah pendarahan otak, peluang keselamatan berkurang jika pendarahan sangat parah atau tidak segera ditangani sejak awal gejala muncul.
"Walaupun pasien selamat dari pembuluh darah pecah di otak kemungkinan tetap dapat mengalami masalah sensoris, sakit kepala, masalah ingatan, kejang. maka biasanya tetap membutuhkan kontrol oleh dokter," ungkap dr. Riza.