PT Fast Food Indonesia yang merupakan pemegang merek dagang KFC di Indonesia mengalami kerugian besar. Perusahaan berkode saham FAST itu telah menutup puluhan gerai dan memutus kerja ribuan karyawannya.
Kerugian ini disebut terjadi karena dua hal. Pertama pemulihan usaha dari kondisi COVID-19 yang belum maksimal. Kedua, panasnya situasi pasar akibat krisis timur tengah, KFC menjadi salah satu sasaran gelombang boikot di tengah masyarakat.
Melansir laporan keuangan Kuartal III KFC tahun 2024, Sabtu (16/11/2024), FAST mencetak kerugian sebesar Rp 557,08 miliar. Ruginya makin bengkak bila dibandingkan waktu yang sama setahun lalu, kenaikannya menyentuh 266,59% dari sebelumnya cuma mencatat rugi Rp 152,41 miliar.
Siapa Pemilik KFC?
Melansir website resmi KFC Indonesia, KFC di Indonesia yang dikelola PT Fast Food Indonesia didirikan oleh Keluarga Galael pada tahun 1978, setahun kemudian Perseroan mendapatkan akuisisi waralaba dengan pembukaan gerai pertama pada bulan Oktober di Jalan Melawai di Jakarta.
Pembukaan gerai pertama KFC berjalan dengan mulus, yang kemudian diikuti oleh pembukaan gerai-gerai berikutnya di Jakarta serta ekspansi ke berbagai kota besar lain di Indonesia, seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Manado.
Dengan pertumbuhan yang pesat selama lebih dari 30 tahun, merek KFC kini telah menjadi salah satu pemain utama dalam industri restoran cepat saji di Indonesia.
Menilik dari Annual Report FAST 2023, pemegang saham perusahaan terbesar dimiliki keluarga galael sebesar 39,84%. Pemegang saham dominan lainnya adalah PT Indoritel Makmur Internasional Tbk yang terafiliasi dengan Anthoni Salim (Salim Grup) sebesar 35,84 persen. Adapun, saham minoritas KFC yang dimiliki masyarakat umum sekitar 7,9%.
Kedua pemegang saham dominan antara Salim Grup dan Keluarga Galael menempatkan orang-orangnya di struktur menejemen perusahaan. Diketahui, Ricardo Galael berposisi sebagai Direktur Utama dan Anthoni Salim sebagai Komisaris Utama perusahaan.
Sc : Detik.com