TANGERANG - Tangerang memiliki beberapa Klenteng tua di dalamnya. Klenteng tua yang menarik salah satunya Boen Hay Bio yang di beberapa sumber menyebutkan telah dibangun sejak tahun 1694.
Bangunan ini tak hanya merupakan Klenteng guna ibadah umat Tionghoa saja, tapi juga untuk aktivitas ibadah umat Buddha. Yakni pada klenteng ini terdapat juga Vihara Karuna Jala.
Klenteng ini memiliki arsitektur yang mirip klenteng pada umumnya, yakni warna merah dan emas mendominasi bangunan ini, baik di luar hingga ke dalam. Tapi ada satu yang unik, yakni adanya patung kepiting yang terdapat di atas pintu masuk klenteng. Lalu apa maknanya ya?
Hadirnya Klenteng Boen Hay Bio ini tak bisa dipisahkan dengan 2 klenteng lainnya yang ada di Tangerang, yakni Klenteng Boen Tek Bio dan Boen San Bio. Terdapat simbol tersendiri yang menyertai dari ketiga tempat ini.
Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh pengurus Klenteng Boen Hay Bio, Serli, ke detikcom dan peserta walking tour di Serpong bersama Komunitas Ngojak, Sabtu (11/3).
"Karena kita itu tiga serangkai, jadi filosofinya itu Boen Tek Bio itu orang cerdas, Boen San Bio bersandar ke pegunungan, ini menghadap ke laut, jadi salah satu hewan laut itu kepiting," jelasnya.
Dulunya klenteng ini merupakan altar kecil hingga kemudian diperluas dan diperkuat pada tahun 1962. Selain itu sejak tahun 1969 hingga tahun 2000, bangunan ini berlindung di bawah naungan Agama Buddha, karena belum diakui agama atau kepercayaan Konghucu pada saat itu.
Yang menarik, walau telah berulang direnovasi, tapi tempatnya tidak berubah sejak 329 tahun yang lalu. Hal menarik juga karena adanya klenteng ini tak terlepas dari sejarah daerah sekitar tempat ini yang dahulu terdapat Pasar Lama Serpong.
"Kenapa kok ada vihara di sini? Jadi kalau sekarang kawasan pasarnya itu yang di dekat Stasiun Serpong ya. Nah sebenarnya dulu pasarnya di sini, pasar lama Serpong," Jelas Founder Ngopi di Jakarta (NgoJak), Achmad Sofiyan.
"Kawasan ini sampai asrama polisi itu dulunya kawasan Pasar Lama Serpong, sebelum nanti akhirnya bergeser karena perkembangan ekonomi dan perubahan jalur kali Cisadane jadi jalur kereta api, jadi pasarnya bergeser ke arah Stasiun Serpong," katanya.
Bangunan ini tak hanya merupakan Klenteng guna ibadah umat Tionghoa saja, tapi juga untuk aktivitas ibadah umat Buddha. Yakni pada klenteng ini terdapat juga Vihara Karuna Jala.
Klenteng ini memiliki arsitektur yang mirip klenteng pada umumnya, yakni warna merah dan emas mendominasi bangunan ini, baik di luar hingga ke dalam. Tapi ada satu yang unik, yakni adanya patung kepiting yang terdapat di atas pintu masuk klenteng. Lalu apa maknanya ya?
Hadirnya Klenteng Boen Hay Bio ini tak bisa dipisahkan dengan 2 klenteng lainnya yang ada di Tangerang, yakni Klenteng Boen Tek Bio dan Boen San Bio. Terdapat simbol tersendiri yang menyertai dari ketiga tempat ini.
Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh pengurus Klenteng Boen Hay Bio, Serli, ke detikcom dan peserta walking tour di Serpong bersama Komunitas Ngojak, Sabtu (11/3).
"Karena kita itu tiga serangkai, jadi filosofinya itu Boen Tek Bio itu orang cerdas, Boen San Bio bersandar ke pegunungan, ini menghadap ke laut, jadi salah satu hewan laut itu kepiting," jelasnya.
Dulunya klenteng ini merupakan altar kecil hingga kemudian diperluas dan diperkuat pada tahun 1962. Selain itu sejak tahun 1969 hingga tahun 2000, bangunan ini berlindung di bawah naungan Agama Buddha, karena belum diakui agama atau kepercayaan Konghucu pada saat itu.
Yang menarik, walau telah berulang direnovasi, tapi tempatnya tidak berubah sejak 329 tahun yang lalu. Hal menarik juga karena adanya klenteng ini tak terlepas dari sejarah daerah sekitar tempat ini yang dahulu terdapat Pasar Lama Serpong.
"Kenapa kok ada vihara di sini? Jadi kalau sekarang kawasan pasarnya itu yang di dekat Stasiun Serpong ya. Nah sebenarnya dulu pasarnya di sini, pasar lama Serpong," Jelas Founder Ngopi di Jakarta (NgoJak), Achmad Sofiyan.
"Kawasan ini sampai asrama polisi itu dulunya kawasan Pasar Lama Serpong, sebelum nanti akhirnya bergeser karena perkembangan ekonomi dan perubahan jalur kali Cisadane jadi jalur kereta api, jadi pasarnya bergeser ke arah Stasiun Serpong," katanya.